Pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dibayangi persoalan kelebihan pasokan alias oversupply listrik. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, tingkat oversupply listrik di dalam negeri mencapai 5 gigawatt (GW). “Dengan oversupply 5 GW ini berbagai upaya untuk (pengembangan) energi terbarukan di Pulau Jawa akan menghadapi kendala, karena semakin didiversifikasi maka oversupply-nya akan semakin meningkat,” tutur Airlangga dalam acara Diskusi Ekonomi Berdikari yang diselenggarakan KOMPAS, Selasa (24/1).
Seperti diketahui, pengembangan pembangkit EBT merupakan program pemerintah di sektor ketenagalistrikan dalam mengejar target bauran energi EBT 23% pada 2025 dan 31% di 2030. Hal ini sejalan dengan ambisi pemerintah mengejar target net zero emission (NZE) di 2060. Untuk Tahun 2022 lalu, pemerintah mencanangkan penambahan kapasitas pembangkit EBT hingga 12.529 megawatt. Sampai November 2022 lalu, realisasi kapasitas pembangkit EBT terpasang sudah mencapai 12.526 MW.
Secara terperinci, kapasitas terpasang tersebut terdiri atas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 5.989 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mini (PLTM) 563 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 127 MW, Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi (PLTP) 2.343 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 153 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap 97 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 154 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) 2.914 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) 139 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) 28 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Bakar Nabati (PLTBn) 5 MW, PLT Hybrid 3,6 MW, Penerangan jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) 28 MW, Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) 11 MW.