Tantangan perekonomian pada 2023 akan semakin kompleks dan polanya menjadi sangat sulit terprediksi. Hal itu karena dipengaruhi adanya aspek geopolitik, aspek keamanan, dan aspek perang, selain aspek ekonomi seperti krisis pangan dan energi yang sumbernya kadang-kadang juga berasal dari non-ekonomi. Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, berpendapat Indonesia tidak bisa mengontrol kejutan, ujian, maupun tantangan yang ada lantaran merupakan bagian dari kehidupan dan perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara. Oleh karena itu, Sri mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat Indonesia dengan bekerja secara sinergis, kompeten, profesional, dan berintegritas tinggi.
Di masa-masa sulit, jelas Menkeu, uang masyarakat yang ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi instrumen yang sangat penting dengan dimensi yang sangat kaya dan beragam. Pengelolaan keuangan negara begitu rumit karena terdiri dari banyak hal, seperti penerimaan pajak, penerimaan bea dan cukai, hingga penerimaan negara bukan pajak (PNBP), misalnya royalti, bagi hasil pemerintah dan kementerian/lembaga sehingga harus dikelola dengan sangat hati-hati. Uang yang diambil dari perekonomian dan rakyat itu pun akan kembali lagi ke masyarakat dalam bentuk berbagai belanja negara dan jika terdapat defisit anggaran, dilakukan untuk mendanai aktivitas yang ada dalam perekonomian.
Direktur eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, yang diminta pendapatnya menyampaikan 10 mitra dagang utama Indonesia pada tahun depan akan memasuki resesi. Artinya, permintaan terhadap produk-produk Indonesia akan menurun. “Pertumbuhan ekspor tahun depan hanya 10 persen, turun dari tahun ini yang mencapai 20 persen. Begitu juga impor, pertumbuhannya hanya 10 persen dari tahun ini sebesar 17 persen,” sebut Tauhid. Penurunan ekspor, terang Tauhid, tentu berimplikasi pada penurunan impor karena mayoritas impor Indonesia ialah bahan baku dan barang modal yang nanti digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan diversifikasi ekspor ke negara-negara yang ekonominya baik, seperti India dan Tiongkok. “Pasar domestik juga harus diperkuat karena akan menjadi penopang ketika pasar ekspor melambat,” kata Tauhid.