Kesiapan BI Hadapi Resesi Global

Tahun depan Indonesia bakal menghadapi badai berupa perlambatan ekonomi global. Dalam laporan World Economic Outlook, Oktober 2022, IMF kembali mengumumkan proyeksi pertumbuhan global 2023 menjadi 2,7 persen dari sebelumnya 2,9 persen (Juli 2022) dan 3,8 persen (Januari 2022). Sebanyak 31 negara atau 43 persen perekonomian dunia diprediksi mengalami resesi.

Proyeksi Bank Dunia dan OECD juga menyampaikan pesan yang sama. Ekonomi Indonesia sudah pasti terdampak, baik dari jalur perdagangan maupun keuangan. Dari jalur perdagangan, dampaknya sudah mulai terasa dari banyaknya PI IK di perusahaan tekstil dan alas kaki akibat seretnya permintaan global. Dari jalur keuangan, arus modal keluar dari investor asing yang melepas aset keuangan domestik, terutama surat berharga negara, masih berlanjut.

Meski demikian, sejatinya Indonesia tak perlu khawatir terlalu dalam. Proyeksi Bank Dunia, harga komoditas dan energi tampaknya masih akan cukup tinggi. Meski lebih rendah ketimbang 2022, lebih tinggi dibanding 2021. Windfall profit masih akan membantu mengisi pundi-pundi penerimaan negara walau tak sebesar 2022. Pada sisi lain, ekonomi Indonesia diuntungkan karena kurang terkoneksi dengan ekonomi global, akibat belum sepenuhnya jadi bagian dari rantai produksi (value chain) global. Gerak laju ekonomi Indonesia masih bersandar pada konsumsi domestik. Beragam faktor itu membuat ekonomi Indonesia 2023 tetap akan kuat meski tumbuh lebih lambat dibandingkan 2022. Indonesia tidak akan mengalami resesi.

Search