Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat akan mengoordinasikan sanksi serta menutup kesenjangan dalam rezim sanksi internasional terhadap Korea Utara. Perwakilan Khusus Korea Selatan untuk Urusan Perdamaian dan Keamanan Semenanjung Korea, Kim Gunn, mengatakan, Korea Utara menjadi lebih agresif dan terang-terangan dalam ancaman nuklirnya. Sanksi tersebut menyusul uji coba ICBM oleh Korea Utara pada 18 November. Uji coba ini adalah bagian dari sekitar 60 peluncuran rudal lainnya sepanjang tahun ini. Kim mengatakan, China, yang merupakan sekutu terdekat Korea Utara, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi Pyongyang. Dia berharap Beijing akan terus memainkan peran konstruktif dalam hal ini.
Sementara itu, Direktur Jenderal Biro Urusan Asia dan Oseania Kementerian Luar Negeri Jepang, Funakoshi Takehiro mengatakan, Korea Selatan, AS, dan Jepang telah meningkatkan kerja sama keamanan ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia mengatakan, ketiganya akan memeriksa semua opsi termasuk kemampuan serangan balik dan lebih waspada terhadap ancaman dunia maya Korea Utara. Ketiga negara itu akan tetap terbuka untuk berdialog dengan Pyongyang.
Jepang baru-baru ini menjatuhkan sanksi kepada tiga entitas dan satu individu, termasuk Grup Lazarus yang diduga melakukan serangan siber. Sebelumnya Cina dan Rusia telah memblokir upaya AS di Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan lebih banyak kepada Korea Utara. Cina dan Rusia mengatakan, sanksi seharusnya dilonggarkan untuk menghindari bahaya krisis kemanusiaan. Langkah ini membuat Washington fokus pada upaya lain dengan menggandeng Korea Selatan dan Jepang, serta mitra Eropa.