Cegah Lonjakan Inflasi Pangan

Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah pusat dan daerah untuk mengantisipasi potensi lonjakan inflasi komoditas pangan pada Desember ini. Selain karena faktor musiman, bencana alam yang terjadi di sentra produksi dapat menambah tekanan inflasi akhir tahun. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, kenaikan inflasi akhir tahun mayoritas disebabkan naiknya harga komoditas pangan pokok, seperti daging dan telur ayam ras, bawang merah, cabai hingga minyak goreng. Selain itu, tarif angkutan turut menyumbang inflasi di akhir tahun.

“Perlu waspada terhadap peningkatan permintaan pada momen Natal dan tahun baru serta bencana alam di sentra produksi yang dapat menganggu pasokan komoditas, sehingga menambah beban tekanan inflasi akhir tahun,” kata Margo Yuwono dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi dan Percepatan Realisasi Belanja Daerah, Senin (5/12). Margo pun menyoroti tingkat inflasi pada Desember yang terus meningkat dari tahun ke tahun. BPS mencatat, laju inflasi pada Desember 2019 sebesar 0,34 persen secara bulanan (//month to month///mtm. Pada Desember 2020, tingkat inflasi 0,45 persen mtm dan Desember 2021 sebesar 0,57 persen (mtm).

Data tersebut menunjukkan pentingnya penguatan pencegahan inflasi pada akhir tahun. “Menjadi pertanyaan pada Desember 2022 ini, kalau melihat tren ini, tentu kita bisa cegah dari sekarang. Bagaimana menyiapkan suplai karena permintaan dipastikan tinggi,” katanya. Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional, hampir seluruh komoditas bahan pokok utama mulai mengalami kenaikan harga per Senin (5/11) dibandingkan pekan sebelumnya. Beberapa komoditas yang harganya naik adalah beras, bawang putih, cabai, telur ayam ras, daging ayam, dan kedelai. Margo menekanan, pemerintah pusat dan daerah harus bersama-sama menjaga inflasi agar tidak terlalu tinggi. Dia mengatakan, laju inflasi per November 2022 mencapai 5,42 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).

Search