Empat tahun berselang, polemik soal perlu tidaknya Indonesia mengimpor beras kembali terulang. Bedanya, kali ini bukan karena data yang berseberangan, melainkan soal sudut pandang. Kementerian Pertanian menganggap produksi surplus sehingga tak perlu impor, sedangkan Perum Bulog menilai stok dan pasokan makin kritis sehingga perlu tambahan dari luar negeri.
Perdebatan terkait hal itu membuat Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (23/11/2022), menjadi panas. Dengan mengacu data BPS, produksi beras nasional tahun ini diperkirakan mencapai 31,9 juta ton. Dengan perkiraan kebutuhan konsumsi domestik sebesar 30,2 juta ton, ada potensi surplus beras 1,7 juta ton tahun ini. Jika ditambah dengan akumulasi surplus 5,2 juta ton tahun lalu, total surplus pada akhir tahun ini bisa mencapai 6,9 juta ton. Dengan beberapa data itu, Kementerian Pertanian meyakini Indonesia tidak memerlukan impor beras. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi bahkan menyanggupi kesimpulan rapat untuk menyetor data 600. 000 ton stok beras di penggilingan dalam tempo enam hari guna memperkuat stok beras yang dikelola Bulog.
Akan tetapi, menurut Bulog stok beras di penggilingan tak sebesar yang disampaikan Kementerian Pertanian. Ketika beberapa penggilingan dicek, kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, stok yang siap diserap jauh lebih kecil. Salah satu perusahaan penggilingan hi Jember, Jawa Timur, misalnya, disebut memiliki stok 100. 000 ton. Namun, setelah dicek stok yang siap hanya 7.000 ton. Situasi serupa terjadi di penggilingan lain di Malang, Tegal, Indramayu, dan Semarang.
Tak hanya pengadaan dari produksi dalam negeri yang dilematis, Bulog juga khawatir karena stok beras yang dikuasainya kurang dari 1 juta ton tentu amat riskan sebagai cadangan pemerintah. Sejumlah pihak menilai stok beras pemerintah yang dikelola Bulog dalam kondisi kritis dan berisiko meng- goyang stabilitas. Apalagi, per 25 November 2022, stok beras yang dikuasai Bulog tinggal 571. 000 ton. Dengan perkiraan kebutuhan pengeluaran sekitar 150. 000 ton serta pengadaan yang seret, stok beras berpotensi makin tipis di akhir Desember 2022 atau Januari 2023 atau jauh di bawah stok yang ditargetkan pemerintah, yakni 1,2 juta ton. Selain makin tidak berdaya mengintervensi pasar, pemerintah juga tidak punya cadangan beras yang cukup untuk tanggap darurat saat teijadi bencana.