Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan realisasi pembiayaan utang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp506 triliun per 31 Oktober 2022. Angka itu turun 21,7 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp646 triliun. Bendahara negara mengatakan realisasi pembiayaan utang itu setara dengan 9,5 persen terhadap target dalam APBN 2022 yang sebesar Rp943,7 triliun. Hal ini berarti APBN mulai makin sehat karena mulai bisa melakukan konsolidasi dan menyehatkan kembali APBN.
Sri Mulyani menjelaskan penurunan pembiayaan utang seiring dengan fleksibilitas pemenuhan target pembiayaan. Tercatat, jumlah SBN yang diterbitkan sebesar Rp500,3 triliun pada Oktober 2022. Jumlahnya turun 25,2 persen dari posisi Oktober 2021 yang mencapai Rp668,7 triliun. Sementara, total pinjaman negara tercatat sebesar Rp5,7 triliun per Oktober 2022. Angka itu turun tajam 125,2 persen dari Oktober 2021 yang sebesar Rp22,7 triliun. Jika total pinjaman dan penerbitan SBN dijumlah, maka total pembiayaan utang sebesar Rp506 triliun per Oktober 2022.
Empat langkah antisipasi pembiayaan utang yang diambil Pemerintah adalah pertama, target penerbitan utang tunai melalui lelang pada kuartal IV diturunkan mempertimbangkan kondisi kas pemerintah. Kedua, penerbitan SBN domestik dalam rangka SKB III dioptimalkan. Ketiga, penerbitan SBN ritel juga dioptimalkan dalam rangka perluasan basis investor. Keempat, fleksibilitas pinjaman program dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam mengantisipasi volatilitas pasar keuangan.