Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 diramaikan oleh isu bongkar pasang koalisi partai politik. Partai Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sejak lama mengumumkan rencana koalisi, tapi hingga kini belum juga resmi. Rencana kerja sama ketiga partai sempat diterpa kabar perpecahan. Walaupun sudah sejak lama menjalin komunikasi intens dan menggelar pertemuan para elite partai berulang kali, terjadi dinamika pencalonan cawapres yang sempat menggoyahkan rencana kerja sama ketiganya. Baik PKS maupun Demokrat membuka komunikasi dengan partai-partai politik lainnya. Belakangan, Demokrat dan PKS mengaku legawa jika bukan kader mereka yang dipilih sebagai pendamping Anies.
Kongsi Partai Gerindra dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga memanas. PKB tidak senang karena muncul wacana duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan kader PDI Perjuangan Ganjar Pranowo untuk pilpres. PKB bahkan mengancam bakal membentuk komposisi baru jika desas-desus tersebut benar adanya. Terkait dinamika ini, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Budisatrio Djiwandono mengatakan, hingga kini partainya masih berkomitmen koalisi dengan PKB. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Budisatrio Djiwandono mengatakan, banyak tokoh yang berpotensi mendampingi Prabowo pada pemilu mendatang. Untuk itu, pembahasan soal cawapres masih terus berjalan di internal Gerindra.
Pengamat politik sekaligus pendiri LSM Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai, koalisi partai-partai politik saat ini masih sangat cair. Bongkar pasang kongsi masih sangat mungkin terjadi. Namun, dari tiga poros yang mungkin terbentuk, menurut Ray, soliditas koalisi Gerindra-PKB menjadi yang paling rendah. Menurut Ray, koalisi Gerindra-PKB dibentuk hanya sebagai sekoci kalau-kalau kedua partai gagal merapat ke poros-poros lain. Jika Gerindra punya peluang bekerja sama dengan PDI-P, tak masalah bagi partai tersebut meninggalkan PKB. Sebab, berpasangan dengan Ganjar Pranowo yang punya modal elektabilitas besar lebih menjanjikan kemenangan buat Prabowo. Bahkan, Prabowo diprediksi tak akan mempersoalkan jika “hanya” mendapat kursi calon RI-2. Seandainya pun Gerindra pada akhirnya berkoalisi dengan PDI-P, Ray menduga, PKB akan tetap bertahan. Pola yang sama juga terlihat di PKS dan Demokrat. Menurut Ray, betapa pun kedua partai tampak tidak setuju dengan penentuan cawapres koalisi mereka dengan Nasdem, namun, PKS dan Demokrat tidak akan lepas dari Anies Baswedan. Apalagi, dengan mengusung Anies, PKS dan Demokrat berpotensi mendapat limpahan elektoral atau coat-tail effect besar, bahkan melampaui Nasdem.