PHK Massal Dipertanyakan

Kabar mengenai pemutusan hubungan keija atau PHK massal di industri padat karya akhir-akhir ini kencang berembus. Kendati tetap mewaspadai potensi tekanan yang muncul di sektor riil, pemerintah mempertanyakan keputusan perusahaan melakukan PHK di tengah kondisi industri yang sebenarnya sedang tumbuh pesat. Pantauan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) terhadap kinerja ekspor dan keuangan sejumlah perusahaan yang melantai di bursa saham menunjukkan, kondisi industri baik-baik saja, bahkan masih bisa tumbuh pesat di tengah gejolak ekonomi global.

Selama Januari-Agustus 2022, ekspor tekstil dan produk fekstil (TPT) secara tahunan masih tumbuh 20,21 persen. Laju ekspor memang menurun untuk dua produk TPT, yaitu kain (-2,5 persen) dan berbagai produk tekstil (-5,76 persen). Namun, produk TPT lainnya meningkat, bahkan tumbuh hingga dua digit. Sementara dari segi kinerja keuangan, pendapatan penjualan industri tekstil terpantau tumbuh di atas 10 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan industri manufaktur yang pertumbuhan penjualannya sekitar 5 persen. Jadi, ini sebenarnya agak membingungkan kalau sampai teijadi PHK, kata Pelaksana Tugas (Pit) Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) BKF Kemenkeu Abdurohman akhir pekan lalu di Bogor, Jawa Barat.

Selain industri tekstil, kondisi sektor manufaktur secara umum juga masih baik-baik saja. Ada dua indikator yang dipakai untuk menakar kondisi perusahaan. Pertama, pendapatan perusahaan. Kedua, interest coverage ratio (ICR) atau kemampuan perusahaan membayar suku bunga pinjaman dengan menggunakan laba yang dihasilkan. Indikator-indikator itu terus membaik. Semua sektor sedang berada di atas level aman, industri pertambangan bahkan sangat tinggi. Hanya satu sektor yang masih marjinal atau berada di bawah level threshold, yaitu realestat.

Pemerintah tetap , akan mengantisipasi dan mencermati potensi rambatan risiko global yang mulai berdampak pada PHK di sejumlah sektor padat karya, seperti disampaikan Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) IV, Kamis (3/11/2022). Namun, pemerintah tidak akan gegabah mengambil keputusan, seperti menggelontorkan program bantuan sosial atau insentif baru dalam waktu dekat.

Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, sampai akhir tahun ini, kondisi sektor manufaktur masih baik. Meski ekspor turun dari sebelumnya, permintaan yang masuk tinggi. Di sisi lain, meski Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur mengalami pelambatan dari level 53,7 ke 51,8, posisinya tetap berada di zona ekspansif (di atas 50).

Search