Bank Sentral Amerika atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya pada hari Rabu (2/11) sebesar tiga perempat persen untuk keempat kalinya secara berturut-turut, tetapi juga mengisyaratkan bahwa Fed dapat segera mengurangi tingkat kenaikan suku bunganya. Langkah The Fed itu menaikkan suku bunga jangka pendek utamanya ke kisaran 3,75% hingga 4%, level tertinggi dalam 15 tahun. Kenaikan suku bunga itu adalah yang keenam yang dilakukan bank sentral tahun ini – sebuah rentetan yang telah membuat KPR dan pinjaman konsumen dan bisnis lainnya semakin mahal dan meningkatkan risiko resesi.
Pernyataan The Fed Rabu itu dirilis setelah pertemuan guna membahas kebijakan terbaru. Banyak ekonom memperkirakan Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal pada konferensi pers bahwa perkiraan kenaikan suku bunga The Fed berikutnya pada bulan Desember mungkin hanya setengah persen, lebih kecil dari tiga perempat persen seperti yang diputuskan selama ini. Biasanya, The Fed menaikkan suku bunga secara bertahap seperempat persen. Tetapi setelah salah menduga ketika berusaha meredam inflasi tahun lalu yang oleh Fed dinilai bersifat sementara saja, Powell menaikkan suku bunga secara lebih agresif untuk mencoba memperlambat laju pinjaman dan belanja serta mengurangi tekanan pada harga-harga barang.
Kenaikan suku bunga terbaru hari Rabu ini bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa Fed mungkin akan memperketat kredit, sedemikian rupa sehingga bisa menggagalkan perekonomian. Pemerintah telah melaporkan bahwa ekonomi tumbuh pada kuartal terakhir, dan pengusaha masih menerima karyawan baru dengan laju yang solid. Tetapi pasar perumahan telah menyusut, dan konsumen hampir tidak meningkatkan pengeluaran mereka. Belanja konsumen, karena tertekan oleh harga tinggi dan pinjaman yang lebih mahal, hampir tidak tumbuh. Gangguan rantai pasokan telah mereda, yang berarti lebih sedikit kekurangan barang dan suku cadang. Kenaikan upah mulai mereda, yang jika diikuti oleh penurunan, akan mengurangi tekanan pada inflasi.