Nilai tukar rupiah masih melemah di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap langkah The Fed menaikkan suku bunga acuan pada awal November 2022. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed yang agresif dalam jangka pendek membuat yield US Treasury mendekati level 4,5%. Efeknya yield SUN 10 tahun meningkat hingga 7,6%. Pekan ini, pelaku pasar akan mencermati keputusan ECB sebelum menantikan rapat FOMC di awal November.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, sentimen pergerakan rupiah masih belum beralih dari inflasi global yang masih panas. Kondisi ini akan mempengaruhi jalur perdagangan, terutama efeknya pada harga komoditas yang mengalami penurunan signifikan. Sutopo meyakini, pekan ini data ekonomi cenderung sepi sehingga fokus akan bergeser ke geopolitik. Salah satunya adalah drama politik di Inggris tentang siapa pengganti Perdana Menteri Inggris Liz Truss. Sutopo memproyeksikan, rupiah pada Senin (24/10) akan berada di Rp 15.650-Rp 15.750. Prediksi Josua, rupiah akan bergerak di rentang Rp 15.575-Rp 15.675.