Lonjakan suku bunga The Fed dan meningkatnya ketidakpastian perekonomian global mendorong penguatan dollar AS terhadap mata uang lainnya. Kejatuhan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus berlanjut ditambah ekspektasi inflasi yang dinilai masih tinggi mendorong Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen. Kenaikan suku bunga acuan ini diharapkan bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sekaligus mengembalikan inflasi ke dalam sasaran 2-4 persen pada semester I-2O23.
Kebijakan itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada Kamis (20/10/2022). Ini merupakan kenaikan 50 basis poin (bp) berturut-turut setelah pada bulan sebelumnya BI juga melakukan hal yang sama. Adapun pada Agustus 2022, BI hanya menaikkan suku bunga sebesar 25 bp.
Kendati demikian, depresiasi kurs rupiah masih lebih rendah dibandingkan mata uang negara berkembang lainnya, seperti rupee India yang melemah 10,42 persen, ringgit Malaysia turun 11,75 persen, dan baht Thailand yang anjlok 12,55 persen.
Pelemahan nilai tukar rupiah salah satunya dipicu langkah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang sepanjang tahun ini sangat agresif menaikkan suku bunga acuannya. Kini suku bunga acuan The Fed berada pada posisi 3,25 persen. Investor memindahkan dananya ke aset-aset berdenominasi dollar AS lantaran imbal hasilnya lebih menarik. Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global, para pemodal makin terdorong menempatkan dananya di pasar AS.