Amerika Serikat dinilai takut terhadap China daripada Rusia menyusul kekuatan Negeri Tirai Bambu dari sisi militer yang berkembang pesat. Selama menjadi presiden China, Xi Jinping, merombak kekuatan militer dan mengubahnya menjadi pasukan terbesar di dunia. Pengakuan itu terlihat saat Beijing meluncurkan blokade singkat dan parsial di Selat Taiwan pada Agustus lalu. Pentagon juga pernah mengatakan China merupakan satu-satunya pesaing yang mampu menggabungkan kekuatan ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologi untuk menghadapi tantangan berkelanjutan terhadap sistem internasional yang stabil dan terbuka.
Dari sisi persenjataan, China mempunyai dua kapal induk aktif, ratusan rudal balistik jarak ribuan dan pesawat tempur. Menurut media pengamat atom, China punya sekitar 350 hulu ledak, dua kali lipat jumlah yang dimiliki selama Perang Dingin. Intelijen AS juga memperkirakan persediaan itu dapat berlipat ganda menjadi 700 unit pada 2027. China juga mempunyai personel angkatan laut yang melebih Angkatan Laut AS.
Kekuatan militer Negeri Tirai Bambu yang sedang berkembang pesat, membuat negara tetangganya cemas. Australia misalnya, berencana memperoleh delapan kapal selam nuklir dengan bantuan Inggris dan Amerika, atau yang disebut perjanjian AUKUS. Menurut laporan situs pemerhati militer, Global Fire Power, China menduduki urutan ketiga terkait kekuatan militer. Untuk memperkuat militer, China mengeluarkan US$230 miliar atau sekitar Rp3.526 triliun. Anggaran militer Beijing disebut meningkat selama 27 tahun berturut-turut.