Data Tanggap Bencana Harus Terus Diperbaruhi

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan pemenuhan data lapangan yang tepat dan cepat sangat diperlukan untuk meminimalisasi risiko bencana. Oleh karena itu data lapangan tanggap bencana harus terus diperbaharui. “Semakin cepat kita dapat data lapangan yang real dan clear, kita akan semakin cepat mengambil keputusan dan akan mampu meminimalisir risiko bencana,” ujar Muhadjir, saat memimpin Rapat Tingkat Menteri (RTM) Penanggulangan Bencana, di Jakarta, Selasa (18/10).

Muhadjir menekankan, bencana yang terjadi harus dapat diatasi dengan baik. Jangan sampai mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, mengingat saat ini Indonesia sedang dalam proses melawan krisis ekonomi global. Hal-hal yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pokok dan kelancaran transportasi untuk menyuplai bahan perdagangan diharapkan tidak terganggu. Untuk itu diperlukan koordinasi lintas sektor yang harus berjalan dengan baik.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto mencatat, sebanyak 227 bencana alam telah terjadi di Indonesia dalam dua minggu terakhir sejak awal Oktober 2022. Semua kejadian bencana dikategorikan sebagai bencana hidrometeorologi basah. “Dalam kurun waktu 3 sampai 16 Oktober 2022, banjir menjadi kejadian bencana yang paling banyak terjadi dalam periode ini disusul tanah longsor dan cuaca ekstrem. Bencana alam tersebut menyebabkan 23 jiwa meninggal dunia, 1 jiwa hilang, dan 19 jiwa luka-luka/sakit,” jelasnya. Suharyanto mengimbau pemerintah provinsi maupun daerah berkoordinasi dan tidak sungkan menetapkan status tanggap darurat jika terjadi bencana. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk terus waspada.

Search