Para menteri keuangan dan menteri pertanian negara-negara anggota G20 dalam pertemuan G20 Joint Finance and Agriculture Ministers (JFAMM) di Washington DC, Amerika Serikat (AS), menyatakan kesiapan untuk memitigasi risiko atas kerawanan pangan. “Kami menyediakan komitmen sebagai fondasi yang penting untuk penguatan koordinasi dan menjawab tantangan dalam masalah ketahanan pangan,” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam jumpa pers di Washington DC, AS. Sri Mulyani mengatakan Presidensi G20 Indonesia telah menegaskan kembali komitmen untuk menggunakan semua perangkat kebijakan yang tepat dalam mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan, termasuk risiko kerawanan pangan.
Melalui JFAMM, G20 siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat tentang ketahanan pangan dan gizi, termasuk dengan bekerja sama dengan berbagai inisiatif lain. Selain itu, G20 akan terus mengambil langkah bersama secara cepat dalam menghadapi permasalahan ketahanan pangan dan nutrisi, termasuk bekerja sama dengan inisiatif lainnya. Negara G20 selanjutnya mendukung peningkatan koordinasi untuk memastikan respons global yang selaras dalam menghadapi kerawanan pangan dan kerja sama dengan inisiatif multilateral lainnya. Pertemuan itu juga menyepakati untuk mendelegasikan tugas kepada FAO dan Bank Dunia dalam pemetaan respons kebijakan global terhadap kerawanan pangan, melalui masukan dari pakar teknis dan organisasi internasional terkait lainnya untuk dilaporkan pada Pertemuan Musim Semi WB 2023.
Menkeu mengatakan momentum penanganan ketahanan pangan juga akan terus dibangun menjelang KTT G20 pada November 2022. Forum juga terus menjaga solidaritas untuk mengatasi isu-isu penting dan meminimalisasi efek spillover, dan disertai dengan semangat konsensus, kolaborasi, dan kerja sama. Berbagai inisiatif dalam mengatasi permasalahan ketahanan pangan global yang dihasilkan dari Presidensi G20 Indonesia akan terus dijalankan hingga Presidensi selanjutnya pada 2023 di bawah kepemimpinan India.