PT PLN (Persero) mengungkap tantangan yang dihadapi Indonesia untuk mencapai target netralitas karbon (net zero emissions/NZE) pada 2060, yakni kebutuhan investasi yang mencapai Rp10 ribu triliun. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan Wiluyo Kusdwiharto dalam acara Seminar Nasional: 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Selasa (11/10).
Wiluyo mengatakan PLN tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan pihak swasta dan pihak-pihak lain untuk mengembangkan potensi energi baru terbarukan (EBT) menjadi sebuah energi hijau. Ia juga menyinggung soal besarnya potensi EBT di Indonesia, seperti potensi tenaga surya yang mencapai 3.295 giga watt (GW). Namun, baru termanfaatkan sebesar 0,09 GW. Potensi pembangkit listrik tenaga air Indonesia juga cukup besar yakni 95 GW, sementara yang termanfaatkan baru 5,6 GW.
Total, ada 3.866 GW potensi EBT di Indonesia. Potensinya jatuh di atas 8,5 GW yang baru dimanfaatkan. Sejak 2021 hingga Agustus 2022, PLN mengklaim telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru dan Terbarukan (PLTEBT) sebesar 8,5 GW. Sementara, penambahan pada 2022 tercatat sebesar 771 MW.