Transaksi Kripto Amblas 56 Persen Karena Kondisi Ekonomi Global

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat total nilai transaksi kripto di dalam negeri turun 56,35 persen. Total nilai transaksi pada Januari-Agustus 2022 hanya mencapai Rp249,3 triliun. Angkanya turun drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp859,5 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda menilai penurunan transaksi kripto di Indonesia merupakan efek domino dari kondisi global. Pasar kripto memang tengah dihantam oleh situasi makroekonomi yang kurang baik sepanjang 2022. “Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Ini membuat situasi crypto winter bisa terjadi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (7/10), dikutip dari Antara. Market kripto yang lesu juga didorong oleh kebijakan moneter AS, yang membuat investor kurang bergairah. Bahkan, pengetatan kebijakan moneter The Fed yang menaikkan suku bunga acuan guna menekan inflasi bisa mengancam pasar kripto. Pada akhirnya harga komoditas yang lebih tinggi dan daya beli melemah membuat investor akan menjauhi market. “Ini yang mulai terasa di Indonesia, investor memilih menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke market kripto, di saat situasi makroekonomi sudah stabil,” jelasnya.

Search