Negara-negara bersenjata nuklir terus memodernisasi persenjataannya, bukan mengurangi. Padahal nuklir menjadi ancaman umat manusia. Hal ini dikatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam pidato pada Pertemuan Tingkat Tinggi untuk Memperingati dan Mempromosikan Hari Internasional untuk Perlucutan Senjata Nuklir, di New York, Senin (26/09/2022). Situasi ini, lanjutnya, menambah keprihatinan Indonesia terhadap perkembangan yang lambat dan kurangnya komitmen dalam upaya perlucutan senjata nuklir.
Peringatan hari internasional perlucutan senjata nuklir ini dilakukan dalam rangka mendorong seluruh negara bersenjata nuklir menjalankan komitmennya untuk menghapus senjata nuklir. Mereka diminta bekerja sama dalam memastikan hak setiap negara dalam penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Pertemuan ini merupakan pertemuan tahunan yang diselenggarakan atas mandat Resolusi Majelis Umum PBB 68/32 (2013) yang diajukan oleh Indonesia, atas nama Gerakan Non-Blok.
Pada Agustus lalu, Indonesia menyampaikan pembahasan isu program kapal selam bertenaga nuklir (Nuclear Naval Propulsion/NNP) dalam pertemuan Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir (Non-Proliferation Treaty/NPT RevCon). Risiko kapal selam bertenaga nuklir ada pada pengalihan teknologi menjadi senjata nuklir yang dapat mengancam rezim non-proliferasi dan keamanan global. Hal-hal terkait lain adalah dampak destruktif terhadap lingkungan jika terjadi kebocoran radiasi.