Di tengah wacana pemerintah mengonversi kompor elpiji ke listrik, sejumlah warga Dusun Talangagung Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, menggunakan kompor dengan energi alternatif yang lebih hemat yaitu gas metana (CH4), dihasilkan dari tumpukan sampah tempat pemrosesan akhir (TPA) Talangagung, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Salah satu warga setempat, Nur Azizah mengatakan, warga biasa memakai kompor gas metana untuk memasak makanan sehari-hari. Nur telah menggunakan kompor itu sejak 2019, diberikan gratis oleh pengelola TPA Talangagung. Selama ini, tidak pernah ada kendala signifikan dalam penggunaan kompor itu. Hanya saja, saat hujan kompor itu tidak berfungsi. Sebagai antisipasinya menyediakan kompor khusus menggunakan gas elpiji. Penggunaan kompor dengan bahan bakar gas metana itu tak ada biaya apa pun untuk instalasi atau biaya per bulan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Renung Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang Renung Rubiyataji mengatakan, sudah sekitar 250 warga yang menerima manfaat kompor alternatif itu.
Gas metana itu dihasilkan dari tumpukan sampah TPA Talangagung melalui proses pemurnian. Gas metana ini dihasilkan dari penanaman pipa plastik ke dalam tumpukan sampah TPA Talangagung, kemudian disedot menggunakan blower. Penyedotan itu tidak hanya menghasilkan kandungan gas metana, namun juga Hidrogen (H2), Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Okside (NOX), dan Sulfur Dioksida (SOX). Beberapa kandungan itu disaring menggunakan reaktor pemurnian gas metana, sehingga yang keluar dan terdistribusi hanya gas metana yang mengalir ke setiap rumah warga.
Inovasi itu sudah digagas TPA Talangagung sejak 2019, dilakukan otodidak oleh pegawai pengelola TPA Talangagung. Gas metana ini berasal dari sampah non organik, apabila dibiarkan menguap akan menimbulkan udara tidak sehat dan akan mempengaruhi perubahan iklim.