Presiden: Pastikan Petani Kedelai Tidak Dirugikan

Presiden Joko Widodo menginginkan kedelai itu tidak 100 persen tergantung impor karena dari hampir seluruh kebutuhan yang 2,4 (juta ton) itu, (porsi dari) produksi nasionalnya turun terus, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Airlangga menyampaikan hal tersebut seusai rapat tertutup terkait tata kelola dan peningkatan produktivitas kedelai yang dipimpin Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Maruf Amin. Salah satu arahan Presiden adalah membuat harganya agar petani tidak dirugikan. Jadi, untuk mencapai itu, nanti ada penugasan dari BUMN agar petani bisa berproduksi. Langkah kedua terkait dengan bibit, yakni penggunaan bibit GMO (genetically modified organism). Dengan menggunakan GMO, produksi per hektar bisa naik (dari) 1,6-2 ton per hektar (ha) saat ini bisa jadi 3,5-4 ton per ha.

Langkah berikut adalah perluasan areal menjadi 300.000 hektar. Angka target produksi 1 juta hektar akan dikejar dalam 2-3 tahun. Salah satu yang dilakukan adalah menumpangsarikan kedelai di perkebunan jagung. Problem yang terjadi selama ini adalah harga kedelai lokal yang tidak menarik dibandingkan kedelai impor. Jadi, petani tak bisa menanam kedelai kalau harganya di bawah Rp 10.000 (per kilogram/kg), sedangkan kedelai impor dari Amerika itu Rp 7.700 (per kg), bahkan Rp 6.000 (per kg).

Areal produksi kedelai pada 2018 seluas 700. 000 ha, sedangkan saat ini 150. 000 ha. Selama ini importasi kedelai lebih dari 90 persen kebutuhan. Sebab, petani lebih tertarik menanam jagung karena lebih menguntungkan. Dengan harga yang hampir sama, petani bisa memanen 6-7 ton jagung dari 1 ha lahan, sedangkan kedelai hanya 1,6 ton.

Search