Besarnya potensi panas bumi di Indonesia bisa menjadi modal dalam menjalankan program transisi energi nasional. Dalam mencapai target tersebut dibutuhkan optimalisasi upaya sinergitas antara pelaku usaha, pemerintah pusat maupun daerah. Demikian dikemukakan Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana dalam The 8th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2022 di Jakarta.
Indonesia tergolong lebih agresif dibanding negara lain untuk pengembangan panas bumi. Saat ini kapasitas PLTP nasional mencapai 2.175 MW. Diakui ada beberapa tantangan dalam pengembangan panas bumi, yakni terkait lingkungan dan status kawasan hutan. Tantangan sampai kapanpun akan ada, dinamika masyarakat juga semakin kuat, tapi dengan sinergi berbagai pihak dapat dikelola dengan baik tantangan tersebut.
Sementara itu, Prijandaru Effendi; Ketua Umum API mengatakan, dalam melawan isu iklim global, panas bumi menjadi salah satu cara dalam mengurangi ketergantungan negara pada bahan bakar fosil. Indonesia menjadi negara dengan kapasitas terpasang PLTP terbesar ke dua di dunia dan akan menjadi nomor satu dalam beberapa tahun ke depan. Prijandaru menyampaikan bahwa pemangku kepentingan panas bumi telah berkolaborasi memulai inisiatif baru untuk mencari terobosan, gagasan agar energi panas bumi dapat berperan serta menjadi andalan dalam transisi energi. Pengembangan potensi panas bumi di Indonesia harus terus ditingkatkan dalam berbagai bentuk, mulai dari ekspansi lapangan eksisting, kegiatan eksplorasi pada area area baru dan pemanfaatan panas bumi beyond energy. Ramah lingkungan menjadi salah satu karakteristik energi panas bumi. Energi panas bumi tersedia 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 setahun, dan tidak terpengaruh kondisi cuaca dan iklim. Sehingga sangat cocok dijadikan pembangkit energi terbarukan pemikul beban dasar dengan capacity factor rata-rata di atas 95%. Selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan energi manusia.