Memasuki bulan ketujuh, perang Rusia-Ukraina tampaknya akan terus berlanjut hingga waktu yang lama. Konflik politik internasional yang sengit ini berisiko merusak rantai pasok global sampai jangka panjang.
Ekonomi dunia akan membayar mahal untuk perang di Ukraina, termasuk pertumbuhan yang melemah, inflasi yang menguat, dan potensi kerusakan jangka panjang pada rantai pasok global, sebut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada laporan per 8 Juni 2022. Hari ini, lebih dari tiga bulan. Laporan OECD menyebutkan, pengaruh besar dari perang Rusia-Ukraina terhadap ekonomi global terjadi karena kedua negara itu adalah eksportir penting untuk sejumlah komoditas pasar. Secara agregat, kedua negara memasok 30 persen ekspor gandum, 15 persen jagung, 20 persen pupuk dan gas alam, serta 11 persen minyak bumi. Rantai pasok global juga sangat bergantung pada ekspor Rusia dan Ukraina untuk metal dan gas.
Setiap kali terjadi gangguan ekspor gandum dari Rusia dan Ukraina dapat berakibat pada kurangnya pasokan pangan di banyak negara miskin dan berkembang. Akan ada risiko serius, bukan hanya berupa krisis ekonomi di sejumlah negara, melainkan juga bencana kemanusiaan dengan inelonjaknya kemiskinan dan kelaparan, sebut OECD. Persoalan ini berisiko diperparah dengan kurangnya pasokan dan tingginya harga pupuk. Banyak negara mengimpor pupuk dari Rusia dan Belarus. Dengan demikian, produksi pertanian untuk tahun 2023 dalam tekanan.