Dilema Subsidi Energi

Dilematis. Mempertahankan harga BBM jenis Pertalite dan solar atau menaikkan harga? Menaikkan harga berarti mengurangi besaran subsidi. Mana yang dipilih, mesti dipertimbangkan secara matang dan teliti. Bermula dari kuota BBM jenis RON 90 atau Pertalite yang menipis. Sejumlah pengamat memprediksi, kuota Pertalite habis pada Oktober tahun ini jika tidak ada penambahan kuota atau pembatasan konsumsi.

Hingga Juli 2022, konsumsi Pertalite 16,8 juta kiloliter dari kuota tahun ini yang ditetapkan 23 juta kiloliter. Masih ada sekitar 6,2 juta kiloliter lagi kuota BBM yang bisa terpakai. Jika dirata-ratakan, konsumsi Pertalite per bulannya 2,4 juta kiloliter sehingga sampai akhir tahun ini mencapai 28,8 juta kiloliter. Artinya, konsumsi Pertalite tumbuh 23,6 persen secara tahunan dari data tahun lalu. Namun, kuota 23 juta kiloliter pada 2022 berbeda jauh dengan tahun lalu. Mobilitas masyarakat pada 2022 lebih tinggi seiring melandainya kasus Covid-19, yang berkonsekuensi pada peningkatan konsumsi BBM.

Bila harga BBM naik, biaya transportasi berimbas pada biaya distribusi produk dan jasa. Harga barang akan mengikuti kenaikan tarif transportasi. Namun, membiarkan anggaran negara terbebani subsidi BBM yang dipakai warga miskin ataupun kaya, jelas tak memenuhi unsur keadilan. Kita berharap, hitung-hitungan yang diambil sangat cermat, mempertimbangkan banyak faktor, tak lagi karena persoalan kebijakan populis atau realistis.

Search