Kalau ada hal yang paling mencemaskan masyarakat akhir-akhir ini, mungkin jawaban paling seragam, presisi dan dapat menerangkan banyak hal, adalah melambungnya harga bahan makanan dan energi. Kenaikan harga-harga itu, perlahan tapi pasti, sangat dirasakan oleh masyarakat luas.
Kenaikan harga pangan dan energi sebenarnya adalah dua guncangan eksternal yang turut mendorong terjadinya masalah yang sama di dalam negeri. Kenaikan harga komoditas pangan kelompok volatile food global, disebabkan oleh instabilitas geopolitik global, pelemahan ekonomi, gangguan distribusi, hingga cuaca buruk. Gangguan rantai pasokan global untuk sektor pangan dan energi, serta ketidakstabilan ekonomi turut memicu inflasi di dalam negeri. Indikator itu terlihat dari kenaikan harga yang berlangsung terus-menerus di komoditas cabai, telur, minyak goreng, daging ayam, hingga bawang. Ini belum diikuti oleh rencana mengatrol harga BBM bersubsidi. Fenomena naiknya harga-harga bahkan terjadi merata di berbagai daerah. Setali tiga uang, kenaikan tersebut turut mengatrol harga di sektor barang-barang lainnya, sehingga berdampak kian meluas. Informasi yang diperoleh dari Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) menyebutkan inflasi pangan pada Juli 2022 sudah mencapai 11,47%. Kesenjangan pasokan antarwaktu dan antardaerah yang memicu kendala pada distribusi barang, turut mendorong laju inflasi.