Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol ingin negaranya menjadi salah satu pemasok senjata utama dunia. “Dengan masuknya empat besar eksportir pertahanan dunia setelah Amerika Serikat, Rusia dan Prancis, industri pertahanan [Korea Selatan] akan menjadi industrialisasi strategis dan pembangkit tenaga pertahanan,” kata Yoon usai pidato 100 hari pertama jabatannya pada Rabu (17/8) di kantor kepresidenan.
Menilik prestasi Korsel dalam hal pertahanan, negeri ginseng berada di peringkat ke-10 dalam transfer senjata menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada 2021. Korsel tercatat memperoleh US$556 juta dari hasil ekspor senjata. Untuk memenuhi ambisinya, Korea Selatan menandatangani sejumlah kesepakatan dengan negara Polandia, Mesir, dan Australia. Rupanya berbagai kesepakatan ini membuahkan hasil. Peneliti Peter Lee dan Tom Corben dari Pusat Studi Amerika Serikat di Universitas Sydney menyebut sejumlah kesepakatan tersebut mendorong Seoul ke liga pertahanan utama. Peneliti menyebut perangkat keras militer Seoul memberikan alternatif lebih murah tetapi sangat mumpuni untuk sistem senjata Washington.
Cita-cita jadi salah satu pemasok senjata utama dunia berarti Korea Selatan harus melampaui Italia, China, Jerman, Spanyol, Israel dan Inggris. Akan tetapi, analis militer Chun In-bum menyebut keinginan Yoon begitu ambisius. “Korea Selatan dan industri senjatanya harus melakukan banyak pekerjaan,” kata pensiunan jenderal Korea Selatan ini.