Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) merespons kabar Tesla Inc yang telah menandatangani kontrak senilai sekitar US$5 miliar atau setara Rp74,5 triliun (asumsi kurs Rp14.901 per dolar AS) untuk membeli bahan baterai dari perusahaan pengolahan nikel China di Indonesia. Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin mengatakan Tesla masuk ke Indonesia baru untuk membeli olahan nikel untuk bahan baku baterai mobil listrik mereka. Perusahaan itu belum mau berinvestasi di RI dengan membangun abrik.
Adapun olahan nikel yang dibeli Tesla dari Zhejiang Huayou dan CNGR Advanced Material adalah Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan nikel sulfat untuk bahan baku katoda baterai. Meski demikian, menurutnya, jika mengingat kebijakan hilirisasi pemerintah, kerja sama tersebut cukup bertolak belakang. Pasalnya, MPH dan nikel sulfat merupakan produk setengah jadi. Sementara, Presiden Jokowi ingin ekspor nikel itu dalam bentuk barang jadi yang sudah diolah di dalam negeri seperti baterai. Namun, sambung Meidy, kerja sama ini tetap harus dilihat secara positif. Ia menduga hal ini bisa menjadi langkah awal untuk Tesla bisa berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia. Ia pun yakin setelah membeli nikel Indonesia dari perusahaan China tadi, pabrikan mobil listrik AS itu bakal tertarik untuk mengolah nikel di Tanah Air.