Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kenaikan harga komoditas dan disiplin dalam membelanjakan anggaran menjadi alasan utama APBN surplus sebesar Rp73,6 triliun per Juni 2022. Ia menjelaskan harga komoditas naik beberapa waktu terakhir. Salah satunya harga minyak mentah dunia yang bahkan tembus US$120 per barel. Padahal, minyak mentah dunia sempat tak berharga pada dua tahun lalu. Harga komoditas itu sempat melorot ke level US$0 per barel. Sri Mulyani mengatakan ketidakpastian ekonomi masih tinggi sekarang karena perang Rusia-Ukraina. Harga minyak mentah dunia melonjak karena perang tersebut. Memang, lonjakan harga minyak mentah dunia akan membuat penerimaan negara meningkat. Tapi dalam waktu bersamaan, hal itu juga akan membuat pemerintah menambah anggaran subsidi energi demi menekan harga BBM.
“Hari ini APBN shock, ini harga minyak, pangan, pupuk, naik karena perang di Ukraina. Kalau harga minyak masuk ke Indonesia, harga melonjak, rakyat tidak mampu. Kami redam pakai APBN, di sini APBN jadi absorber,” jelas Sri Mulyani. Oleh karena itu, ia mengakui kadang terjadi dilema di internal Kementerian Keuangan dalam menentukan target dalam APBN. Sebab, APBN harus sehat, tapi di sisi lain APBN juga harus bekerja keras untuk menopang perekonomian. Secara keseluruhan, total belanja pemerintah sebesar Rp1.243,6 triliun pada Juni 2022. Angka itu naik 6,3 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni Rp1.170,2 triliun. Sementara, realisasi penerimaan negara tercatat Rp1.317,2 triliun per Juni 2022. Jumlahnya naik 48,5 persen dari Juni 2021 yang hanya Rp887 triliun.