Pemerintah diminta tidak membuat pernyataan yang terkesan tidak ada masalah dalam perekonomian saat ini. Hal itu mengacu pada pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati yang juga sebagai Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang menyatakan inflasi pada Juli sebesar 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy) masih relatif moderat di tengah tingginya tekanan global. Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan, pemerintah semestinya tidak hanya melihat level saat ini, tetapi perkembangan ke depan yang dirasa sudah ada sinyal bahaya, bukan lagi moderat.
Menurut Nailul, kenaikan harga bahan makanan menjadi faktor pendorong naiknya inflasi. Apalagi, iklim dan cuaca sangat tidak mendukung panen beberapa komoditas, seperti cabai. Kondisi tersebut makin diperparah dengan harga energi yang tinggi yang mengakibatkan harga tiket untuk penerbangan dan penyeberangan cukup tinggi. Harga energi global yang belum turun signifikan tersebut bisa menjadi pendorong inflasi menjadi lebih tinggi. Selain itu, Bank Indonesia (BI) yang masih menahan suku bunga acuan yang menjadikan inflasi tidak ada yang menahan. Menurut Nailul, kenaikan suku bunga penting guna mengurangi uang beredar dan inflasi bisa dikendalikan.
Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Susilo menjelaskan, kenaikan suku bunga penting untuk mengimbangi kenaikan suku bunga di negara-negara tetangga dan juga di negara maju agar capital outflow bisa terkendali. Bagi investor, awal Agustus ini jadi sinyal kemana uangnya akan dipindahkan. Indonesia tidak boleh terlambat mengambil keputusan. Kenaikan suku penting untuk mengurangi uang yang beredar agar inflasi yang ditakutkan akan menekan ekonomi nasional juga bisa dikendalikan.