Pakar ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Miguel Angel Esquivias Padilla mengatakan, krisis ekonomi di Sri Lanka disebabkan kombinasi ekonomi, politik, dan sosial. Kemudian diperparah tekanan Covid-19 serta perang Rusia dan Ukraina. Namun, memang perekonomian Sri Lanka sudah memiliki beberapa kelemahan yaitu punya utang yang cukup besar dan pertumbuhan ekonomi Sri Lanka dari 2005 hingga 2021, mengalami enam kali negatif.
Hal yang bisa dijadikan pelajaran Indonesia dari krisis ekonomi di Sri Lanka adalah tentang ketergantungan terhadap impor dan barang dari luar negeri. Sri Lanka sangat bergantung pada negara lain, misalnya pemenuhan kebutuhan pupuk dan input lain yang penting sehingga ketika krisis, tidak memiliki kapabilitas untuk mengganti produk tersebut dengan produk lokal. Miguel menyarankan, suatu negara perlu menjaga defisit perekonomian. jangan dibiarkan bertambah terus menerus. Sri Lanka, banyak memiliki proyek investasi infrastruktur tapi sebagian besar bersifat utang.
Dikatakan Miguel bahwa perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi selama 22 tahun berturut-turut. Nilai tambah dari perekonomian Indonesia juga jauh lebih solid dari Sri Lanka. Industri juga lebih berkembang dari aspek stabilitas masyarakat, aspek makro ekonomi, dan aspek politik. “Utang Indonesia saat ini juga masih dalam kondisi sangat aman. Indonesia memang membutuhkan dana tersebut untuk bisa membiayai proyek pertumbuhan dan proyek untuk masyarakat,” kata Miguel.