Rupiah Bertekuk Lutut Terhadap Dollar AS, Ini yang Bisa Kita Lakukan

Rupiah menembus level Rp 15.000 pada Rabu (6/7/2022) kemarin. Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah ditutup dengan pelemahan 0,03% di posisi Rp 14.994 per dolar AS. Padahal sebelumnya, rupiah di pasar spot sempat menembus level Rp 15.039 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, ini merupakan pelemahan terbesar dalam 26 bulan terakhir atau sejak Mei 2020. Pada awal Mei 2020, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 15.000 per dolar AS. Pelemahan juga terjadi pada kurs rupiah Jisdor, di mana rupiah berada di level Rp 15.015 per dolar AS atau melemah 0,17% dibanding posisi hari sebelumnya.

Menurut Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual, pelemahan rupiah tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Walaupun menembus level psikologis Rp 15.000, secara persentase pelemahan rupiah tidaklah terlalu signifikan. Pasalnya, dengan penguatan dolar AS saat ini, pelemahan mata uang merupakan hal yang wajar. Jika dilihat secara persentase, pelemahan rupiah itu hanya sekitar 3% (mom), sementara mata uang peers itu bisa lebih dari 7%. Jadi rupiah malah tergolong solid jika dibandingkan dengan mata uang lainnya.

David menyebut, solidnya rupiah tidak terlepas dari fundamental Indonesia yang masih cukup solid. Mulai dari data internal balance yang bagus, lalu inflasi juga masih relatif terjaga. Di satu sisi, harga minyak dunia mulai mengalami penurunan sementara harga batubara masih tetap tinggi. Hal tersebut akan membuat penerimaan ekspor masih akan tetap tinggi, tapi ada potensi pengeluaran impor yang lebih rendah. Dengan demikian, ke depan diekspektasikan trade balance Indonesia masih akan tetap solid dan likuiditas valas di dalam negeri juga masih berlimpah.

Search