Keberadaan Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) yang awalnya memberi harapan pada masyarakat, baik petani maupun konsumen, dalam perjalanannya ternyata belum mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Jeritan ibu rumah tangga akan mahalnya harga beberapa kebutuhan pokok seperti cabai merah, tomat, dan bawang merah dalam sebulan terakhir belum berakhir karena harga tidak kunjung turun. Upaya NFA yang mengklaim telah mendatangkan pasokan dari daerah produksi yang surplus ke Ibu Kota, nyatanya tidak membuat harga kembali stabil. Pasokan mungkin saja bertambah, tetapi harga sedikit pun tidak memperlihatkan tren berangsur-angsur turun.
Pengamat Ekonomi dari dari STIE YKP, Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko, mengatakan kendati sudah menambah pasokan, tetapi harga bukannya turun, malah makin naik. Hal itu karena selama ini harga pangan lebih banyak dipermainkan di jalur distribusi, mulai dari pedagang besar hingga pedagang eceran. Para pedagang justru merengguk keuntungan berkali lipat dalam kondisi seperti itu.
Oleh karenanya, untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, Badan Pangan jangan hanya sebatas memperhatikan data suplai dan demand, tetapi harus mengawal hingga ke tingkat pengecer kecil kalau masyarakat memperoleh kebutuhan dengan harga yang wajar dan terjangkau. Pengamat Ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Wisnu Wibowo, mengatakan pemerintah perlu menjaga inflasi kelompok bahan pangan yang bergejolak atau volatile food dengan menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi komoditas utama. Caranya dengan mengoptimalisasi pemanfaatan teknologi dan digitalisasi pertanian hulu-hilir, pengembangan konektivitas, serta penguatan kerja sama antardaerah.