Intensitas pertemuan ketua-ketua partai saat ini berkaitan dengan dinamika politik pascapembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diinisiasi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Keberhasilannya menarik PAN dan PPP, menjadikan Golkar leading dalam isu-isu politik terutama terkait Pilpres 2024. Kehadiran KIB bisa jadi dikhawatirkan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, ketika mengimbau agar jangan membawa kontestasi lebih awal dan tetap menjadikan kesuksesan program pemerintah dalam skala prioritas partai-partai Istana.
Pertemuan Prabowo-Surya Paloh, semakin strategis mengingat Nasdem akan menggelar Rakernas pada 15-17 Juni 2022, dengan salah satu agendanya adalah merekomendasikan tiga nama capres. Jika Prabowo bersedia tidak nyapres, terbuka kemungkinan terjadi poros Gerindra-Nasdem. Koalisi Gerindra (78 kursi) – Nasdem (59 kursi) sudah memenuhi presidential threshold 20 persen kursi DPR. Tinggal menyepakati capres dan cawapres yang akan diusung.
Tanpa mengabaikan munculnya dinamika politik ke depan, sudah terbentuk tiga perahu untuk mengusung pasangan capres dan cawapres, yakni Gerindra – Nasdem, PDIP (128 kursi), dan KIB (148 kursi). Tersisa Partai Demokrat (54 kursi), PKB (58), dan PKS (50). Jika ketiganya berkoalisi maka akan membentuk perahu terbesar karena ditopang 162 kursi. Dengan munculnya empat pasangan capres dan cawapres, maka hal itu setidaknya sudah memenuhi ekspektasi kelompok-kelompok yang tidak menginginkan terjadinya polarisasi antarpendukung sebagaimana yang terjadi ketika pilpres hanya diikuti dua pasang calon. Banyaknya calon memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membandingkan sebelum menentukan mana yang terbaik sesuai hati nuraninya. Hal lain yang tidak kalah penting, munculnya banyak calon juga menjadi bukti keberhasilan pemerintahan Jokowi dalam menjaga keberlangsungan demokrasi.