Ketua Harian DPP Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan menyatakan, total 15.820 nelayan terdampak banjir dan cuaca ekstrem dalam seminggu terakhir. KNTI menyebutkan, lebih dari 3.226 pembudi daya ikan dengan total luas lahan 31.900 hektare terdampak banjir rob. Kerusakan juga dialami para petambak garam seperti yang terjadi di Jepara.
Dani menyebutkan, perbaikan ekosistem mendesak untuk dilakukan. Sebab, banjir rob itu sesuai dengan hasil kajian KNTI di pesisir utara Pulau Jawa, khususnya Provinsi Jawa Tengah, pada 2020-2021. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa erosi di beberapa daerah mengakibatkan pergeseran garis pantai 1 -2 km. Selain itu, terjadi penurunan tanah yang terus meningkat setiap tahun. Kenaikan permukaan air laut yang kian sering dirasakan merupakan dampak dari krisis iklim.
Karena itu, Dani meminta pemerintah untuk mengalokasikan anggaran mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim di wilayah pesisir. Alokasi anggaran itu harus adil dan berpihak pada pemulihan lingkungan meliputi pembangunan infrastruktur untuk penahan banjir, normalisasi sungai dan muara, pembangunan rumah layak huni, penyediaan informasi cuaca, hingga pemberian skema bantuan atau asuransi mengompensasi kerugian yang dialami nelayan atau pembudi daya akibat banjir.