Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, sebagai figur potensial capres terlihat intens mengunjungi pondok pesantren (ponpes) dalam sepekan terakhir. Ia menemui ulama pemimpin ponpes antara lain, Ponpes Tebuireng, Jombang, Jatim, pimpinan KH Abdul Hakim Mahfudz; Ponpes Al-Anwar, Rembang, Jateng, pimpinan Muhammad Najih Maimoen, putra KH Maimoen Zubair; serta Ponpes Buntet, Cirebon, Jabar, pimpinan KH Adib Rofiuddin Izza. Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, juga menemui Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Makassar KH Anre Gurutta Haji Baharuddin. Kemudian Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, bersilaturahmi ke Ponpes Lirboyo dan Ploso di Kediri, Jatim. Begitu pula Menteri BUMN, Erick Thohir, yang datang pada silaturahmi ulama se-Pasuruan Raya dan mengunjungi sejumlah ulama pengasuh ponpes di wilayah Pasuruan, Jatim. Selain itu, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, saat bulan Ramadhan sempat pula mengunjungi Ponpes Suryalaya, Tasikmalaya, Jabar.
Ponpes yang dikunjungi para figur potensial capres itu adalah ponpes NU. Terkait hal itu, Ketua PBNU, KH Ahmad Fahrur Rozi, mengatakan pertemuan para kiai dengan sejumlah tokoh merupakan urusan pemimpin ponpes masing-masing, tidak ada kaitan dengan NU secara organisasi, dan memang tidak dilarang selama tidak mengaitkannya dengan institusi NU. Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Sukron Kamil, mengatakan kiai dan ulama pengasuh ponpes sering didekati elite politik yang ingin bertarung di pemilu, karena potensi ceruk suara kalangan santri yang besar, terutama di Jatim dan Jateng yang banyak pemilih dari kalangan Nahdliyin. Sukron memprediksi upaya ini tak hanya terlihat setelah perayaan Lebaran, tetapi akan lebih intens mendekati 2024.