Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, lockdown di Shanghai akan mengganggu kinerja manufaktur China. Pasokan bahan baku dan bahan setengah jadi lebih terbatas sehingga harga naik. Kondisi ini memengaruhi proses produksi negara dunia, juga Indonesia. “Belum lagi, permintaan sudah meningkat, maka ini akan berpengaruh lebih tinggi ke inflasi,” kata David.
Tak hanya itu, konflik Rusia dan Ukraina juga membawa risiko kenaikan harga komoditas, terutama minyak mentah dan berdampak terhadap harga minyak dalam negeri. Makanya, pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, dan harga energi lainnya baik elpiji tabung 3 kilogram (kg) maupun tarif dasar listrik.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irnian Faiz juga melihat, lockdown di China bakal berdampak pada inflasi global lantaran adanya peningkatan biaya pengiriman barang dan turunnya utilisasi produk China. Kondisi tersebut juga akan berdampak ke Indonesia. Hitungan Faiz, inflasi Indonesia tahun ini bisa mencapai 4% yoy. Namun, jika pemerintah menaikkan harga Pertalite maka inflasi sepanjang 2022 bisa tembus 6,2%