Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan sinyal bahwa tarif listrik bakal naik dalam waktu dekat. Hal itu diklaim untuk menghemat kompensasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp7 triliun-Rp16 triliun.
Arifin juga turut memberi sinyal terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia. Pemerintah akan melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi dengan tingkat keekonomian. Dengan demikian, jika harga minyak mentah dunia naik maka otomatis harga BBM non subsidi dan Pertalite juga ikut meningkat.
Mengenai rencana kenaikan tarif listrik membuat sejumlah warga keberatan dan mengeluh. Aurum (24), seorang pekerja yang baru lulus kuliah menggerutu setelah mendengar rencana Kementerian ESDM yang akan menyesuaikan tarif listrik dalam waktu dekat. Sebab, ia banyak bekerja di rumah atau Work From Home (WFH). Jika tarif listrik naik, maka biaya yang harus ia tanggung akan membengkak. Ia mengaku konsumsi listriknya cukup tinggi karena harus selalu terhubung dengan saluran internet dan mengisi baterai untuk laptop hingga kamera. Putri (32) juga mengeluhkan rencana pemerintah yang bakal menaikkan tarif listrik. Sebagai anak kos, ia harus menanggung semua sendiri, termasuk listrik. Pengeluaran listrik saat ini ditanggung saya sendiri, di luar dari fasilitas yang diberikan manajemen kos. Jika tarif listrik benar-benar naik, maka Putri akan mengurangi pengeluaran lain. Hal ini agar arus kas tetap terjaga.