Pada Selasa (29/3/2022), Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di kantor DPP Partai Nasdem. Managing Director Paramadina Public Policy Institute, Ahmad Khoirul Umam, menilai pertemuan keduanya bukan sekadar silaturahmi politik biasa. Pertemuan tersebut membuka peluang munculnya poros kekuatan baru dalam dinamika dan kontestasi demokrasi Pemilu 2024. Menurut Umam, pertemuan itu juga menjadi pilar bagi terbangunnya koalisi alternatif di luar poros PDI Perjuangan yang mampu mengusung pasangan capres dan cawapresnya sendiri.
AHY dan Paloh bisa menjadi play maker, sekaligus game changer dalam dinamika politik menuju 2024. Jika Demokrat dan Nasdem bersatu, besar kemungkinan partai-partai Islam seperti PPP, PAN, bahkan PKS siap mengikuti mereka. Umam memandang, pertemuan AHY dan Surya Paloh juga mengindikasikan mulai terpencarnya kekuatan koalisi pemerintahan. Retakan faksionalisme di dalam tubuh koalisi terkonfirmasi lewat adanya perbedaan pandangan di antara pimpinan partai-partai politik di dalam pemerintahan terkait wacana penundaan pemilu, perpanjangan masa jabatan presiden, dan wacana amendemen konstitusi.
Usai pertemuan, AHY mengeklaim bahwa kedua belah pihak hanya berbagi pandangan dan tujuan untuk meningkatkan elektabilitas masing-masing partai, dan mengakui bahwa peluang terciptanya koalisi cukup besar. Penjajakan koalisi ini dinilai perlu untuk menghimpun kekuatan di parlemen guna mencapai ambang batas pencalonan presiden. Namun, Demokrat dan Nasdem belum membahas komposisi koalisi secara spesifik, apalagi bicara figur atau tokoh yang akan diusung di 2024. Sementara, Waketum DPP Partai Nasdem Ahmad Ali menyebut, partainya akan memantau peta politik hingga akhir 2022 guna menentukan calon presiden yang akan mereka usung atau dukung di Pilpres 2024. Ali mengonfirmasi bahwa partainya dan Demokrat masih akan melihat sosok-sosok potensial untuk dijadikan capres pada 2024, berangkat dari elektabilitas hasil survei sejumlah lembaga. Nasdem tidak menutup pintu bagi bergabungnya partai-partai lain, misalnya dengan Golkar yang lebih dulu menjajaki peluang koalisi.