Kelangkaan solar bersubsidi dikhawatirkan berdampak pada kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan kelangkaan solar menyebabkan proses distribusi terganggu sehingga akan menyulut kenaikan harga bahan pokok di level konsumen. Solar banyak digunakan oleh truk-truk pengangkut bahan pokok. Jadi, kelangkaan ini harus segera diatasi karena harga-harga bahan pokok sebenarnya sudah banyak naik juga menjelang Ramadan. Menurut Fahmi, antisipasi kenaikan permintaan solar sekitar 10 persen di atas kuota subsidi yang ditetapkan seharusnya bisa dilakukan PT Pertamina (Persero) tanpa menimbulkan kelangkaan. Keterlambatan tambahan pasokan yang tak segera ditanggulangi mengakibatkan antrean panjang truk dan kendaraan umum, khususnya yang bergerak dalam kegiatan distribusi bahan pokok. Pemerintah harus segera menambah stok untuk menjamin ketersediaan solar secara merata.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, jika terus dibiarkan, kenaikan harga berbagai jenis bahan pokok di tingkat konsumen akan menggerus daya beli masyarakat dan mengerek inflasi. Apalagi tren inflasi Ramadan dan Idul Fitri secara tahunan memang sudah tinggi. Adapun pada Februari 2022, tingkat inflasi tercatat sebesar 2,03 persen secara tahunan; meningkat dibanding inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,84 persen. Sebelum terjadi pandemi Covid-19, belanja retail masyarakat menjelang Ramadan sebesar 10-15 persen lebih tinggi dibanding pada hari biasa. Sedangkan kenaikan penjualan bahan pokok rata-rata 20 persen. Pada puncaknya, harga bahan pokok bisa melonjak hingga 40 persen. Dengan tren kenaikan harga yang masih akan berlanjut, termasuk akibat kelangkaan solar, tingkat inflasi ke depan kemungkinan akan melambung.
Bank Indonesia, dalam proyeksi terbaru, memprediksi laju inflasi pada Maret 2022 mencapai 2,68 persen secara tahunan, lebih tinggi dari tingkat inflasi Februari sebesar 2,03 persen. Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, menuturkan perkiraan itu didasarkan pada survei pemantauan harga pada pekan keempat Maret 2022. Sejumlah komoditas yang menyumbang inflasi terbesar adalah cabai merah sebesar 0,11 persen secara bulanan; bahan bakar rumah tangga 0,7 persen; telur ayam ras 0,06 persen; emas, perhiasan, dan daging ayam ras masing-masing 0,05 persen; serta tempe 0,04 persen. Berikutnya adalah cabai rawit, minyak goreng, sabun detergen bubuk/cair, angkutan udara, dan jeruk masing-masing sebesar 0,03 persen. Adapun daging sapi dan rokok kretek filter menyumbang masing-masing 0,02 persen serta bawang merah, bawang putih, dan gula pasir masing-masing 0,01 persen.