Serikat Petani Indonesia (SPI) mencatat harga pupuk nonsubsidi melonjak 100 persen sejak awal 2022. Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi SPI Muhammad Qomarunnajmi mengatakan kenaikan ini dikarenakan peningkatan harga bahan baku produksi terutama gas alam dan kenaikan permintaan.
Kenaikan harga pupuk kimia ini akan memberikan tekanan bagi petani jika tidak diiringi jaminan pasar dengan harga yang layak. Selama ini komponen pupuk memberikan kontribusi sebesar 15 persen terhadap biaya produksi. Mengantisipasi hal tersebut, SPI menggunakan pendekatan pertanian agroekologi dengan melepaskan ketergantungan pada pupuk kimia.
Adapun, untuk besaran persentase penggunaan pupuk nonsubsidi dan pupuk subsidi, Qomarunnajmi mengaku belum bisa memastikan besaran angkanya karena masih ada permasalahan pada kartu tani dan distribusi pupuk subsidi. Keterangan yang disampaikan ombudsman dan data di Kemenkoperekonomian, menyatakan bahwa tidak semua petani terdaftar di kartu tani dan tidak semua petani yang punya kartu tani memiliki data valid soal luasan lahan dan luasan tanamnya.