Amerika Serikat (AS) sedang mewacanakan penerapan larangan impor minyak dari Rusia. Washington berharap sekutu dapat mendukung dan mendorong sanksi terhadap Moskow tersebut. Wacana itu telah menyebabkan harga minyak mentah Brent melonjak ke angka 140 dolar AS per barel, Selasa (8/3/2022). Angka itu merupakan yang tertinggi sejak 2008. Rusia adalah pengekspor minyak mentah dan produk minyak terbesar di dunia, yang memproduksi sekitar 7 juta barel per hari (bph) atau 7 persen dari pasokan global. Terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi jika sanksi berupa larangan impor minyak dari Rusia diterapkan.
JP Morgan memperkirakan, harga minyak dapat menyentuh angka 185 dolar AS per barel pada akhir 2022 jika gangguan terhadap ekspor Rusia berlangsung selama itu. Kejutan Inflasi, harga gas alam yang menembus angka tertinggi sepanjang masa, dan melonjaknya biaya energi diperkirakan akan mendorong inflasi di atas 7 persen di kedua sisi Atlantik dalam beberapa bulan mendatang. Hal tersebut bakal berdampak keras pada daya beli rumah tangga. Perhitungan awal oleh European Central Bank (ECB) menunjukkan, perang dapat memotong pertumbuhan zona euro sebesar 0,3 hingga 0,4 poin persentase tahun ini dalam skenario dasar dan 1 poin persentase jika terjadi guncangan parah. Dalam beberapa bulan mendatang, ada risiko stagflasi yang tinggi atau pertumbuhan kecil hingga minimal ditambah inflasi tinggi.
Selain menjadi pemasok utama minyak dan gas, Rusia juga merupakan eksportir biji-bijian dan pupuk terbesar di dunia. Moskow pun produsen utama paladium, nikel, batu bara, dan baja. Wacana mengucilkan Rusia dari sistem perdagangan akan memukul berbagai industri serta menambah kecemasan keamanan pangan global. Pukulan Pertumbuhan Pelarangan impor minyak Rusia akan semakin memperlambat pemulihan global dari pandemi Covid-19. Di AS, The Fed memperkirakan, setiap kenaikan 10 dolar per barel pada harga minyak, memangkas pertumbuhan 0,1 poin persentase. Sementara di Rusia, dampak atau guncangannya kemungkinan lebih besar dan segera. JP Morgan memperkirakan, larangan impor minyak akan menyebabkan perekonomian Rusia berkontraksi sebesar 12,5 persen.