J Soedradjad Djiwandono, Guru Besar Ekonomi Emeritus FEB UI. Profesor Ekonomi Intemasional RSIS NTU Singapura.
Laju inflasi Amerika Serikat pada Januari 2022 mencapai 7,5 persen diibandingkan dengan periode yang sama 2021. Suatu laju tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Yang menyebabkan laju inflasi melonjak tinggi di AS dimulai dari peningkatan pengeluaran pemerintahan Presiden Joe Biden dalam pembangunan infrastruktur serta peningkatan pengeluaran untuk jaring pengaman sosial dan memerangi pandemi Covid-19. Semua itu mendorong permintaan agregat. Hal ini berhadapan dengan sisi penawaran yang mengalami kendala rantai pasok yang belum semuanya terselesaikan. Pemogokan para sopir truk di Kanada juga mengganggu kelancaran logistik antara Kanada dan AS dengan penutupan jaring-jaring penghubung diantara kedua perekonomian. Ditambah lagi dengan peningkatan pengeluaran pemerintah berkaitan dengan langkah memberikan dukungan kepada Ukraina.
Ketua The Fed Jerome Powell tentu tidak mau dipersalahkan karena tidak melakukan langkah pengamanan. Dan instrumen yang tersedia adalah pengurangan pembelian surat-surat berharga di pasar dan menaikkan suku bunga acuan, Fed fund rates. Dengan kata lain, pengetatan moneter.
Bagi Indonesia kondisi tersebut tentu menjadi tantangan, terutama dikaitkan dengan pengelolaan pinjaman nasional, baik pemerintah maupun swasta. Biaya pinjaman dalam valuta asing akan meningkat dan ini akan memberatkan APBN. Demikian pula, untuk sektor swasta yang mempunyai utang dari luar negeri. Saya kurang sependapat dengan mereka yang bernada optimistis dan selalu mengatakan bahwa tingkat pinjaman luar negeri Indonesia masih rendah. Menurut saya kurang berhati-hati menggunakan ukuran negara-negara maju yang pinjaman nasionalnya memang jauh lebih tinggi, tetapi negara-negara maju juga merupakan pemberi pinjaman. Itu bedanya dengan kita. Tingkat pinjaman nasional mereka tinggi, tetapi ingat, rasio pajak (tax ratio) mereka juga sangat tinggi (rata-rata mereka 30 persen, sementara Indonesia hanya 11 persen). Tidak usah dibandingkan dengan negara maju, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN rasio pajak kita juga masih yang terendah, dan kondisi seperti ini sulit dipertanggungjawabkan