Emisi Karbon Harus Diatasi agar Tak Ganggu Stabilitas Moneter

Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Destrv Damayanti menyebut perubahan iklim akibat emisi karbon harus segera diatasi agar tidak mengganggu stabilitas moneter dan sistem keuangan. “Cuaca ekstrim, krisis air bersih, kebakaran hutan dan gangguan lingkungan lainnya yang meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan berpotensi mengganggu stabilitas moneter dan sistem keuangan, kata Destry saat menyampaikan Opening Remark Casual Talks dengan tema Building a Resilient Sustainable Finance yang disiarkan secara daring, Jumat (18/2).

Berdasarkan perhitungan beberapa ahli, lanjutnya, biaya penanganan kerusakan akibat perubahan iklim diperkirakan akan lebih tinggi dari biaya penangan krisis global 2008 dan pandemi COV1D-19. Selama 20 tahun terakhir biaya penanganan masalah cuaca ekstrem telah mencapai 1,51 triliun dolar AS. Beberapa analis juga memprediksi bahwa tanpa adanya tindakan untuk mengatasi perubahan iklim, suhu bumi diperkirakan akan meningkat 3,2 derajat celcius dengan kerugian PDB global mencapai 18 persen. Oleh karena itu, melalui Presidensi G20 Indonesia menekankan pentingnya keuangan berkelanjutan yang berperan terhadap pemulihan ekonomi global yang hijau, berkelanjutan serta inklusif. Dari sisi strategi pembiayaan, Destry menjelaskan bahwa Indonesia telah mengembangkan produk pembiayaan berkelanjutan, green bond dan green sukuk. Green bond telah tumbuh secara ekspansif dan diproyeksikan mencapai 260 miliar dolar AS secara akumulasi pada 2021-2023.

Search