Banjir Bali: Peringatan Alam agar Pembangunan Jangan Ugal-ugalan

Banjir besar yang menimpa Bali merupakan alarm keras yang menyibak rapuhnya tata kelola lingkungan di Pulau Dewata. Betonisasi, alih fungsi lahan, serta hilangnya ruang terbuka hijau membuat daya serap air lenyap.

Direktur Eksekutif WALHI Bali, Made Krisna Dinata, menyatakan degradasi lingkungan yang ditandai dengan alih fungsi lahan—khususnya lahan pertanian menjadi bangunan—merupakan pemicu utama kerentanan Bali atas bencana alam. Terkait penurunan atau perubahan lahan sawah, WALHI Bali sempat meneliti di empat wilayah yang dikenal sebagai kawasan Sarbagita, yakni Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Hasilnya, dalam rentang 2018 sampai 2023, perkembangan wilayah dan pertumbuhan lahan terbangun merupakan salah satu penyebab tergerusnya luasan lahan pertanian, khususnya sawah di wilayah metropolitan Sarbagita. Persentase penyusutan lahan sawah itu berkisar antara 3 hingga 6 persen dari luas wilayah masing-masing kabupaten/kota. Kota Denpasar, misalnya, mengalami penurunan lahan sawah sebesar 784,67 hektare atau 6,23 persen dari luas wilayahnya. Luasan sawah di Kabupaten Badung berkurang sebanyak 1.099,67 hektare dan Kabupaten Gianyar berkurang 1.276,97 hektare.

Search