Rebutan empat pulau di perbatasan Aceh dan Sumatera Utara telah berakhir setelah putusan final Presiden Prabowo tetapkan menjadi milik Aceh. Namun, kasus itu menjadi pelajaran berharga bagi Aceh untuk lebih peka menjaga daerah-daerah terluarnya. Bagi masyarakat, kembalinya empat pulau itu bukan hanya kembalinya hak Aceh atas wilayahnya, melainkan kemenangan Aceh atas Indonesia. Tidak dimungkiri, polemik yang muncul kemarin telah membangkitkan semangat kedaerahan masyarakat Aceh yang memiliki latar belakang sejarah sentimen negatif terhadap pemerintah pusat.
Pengamat sosial politik sekaligus akademisi Institut Agama Islam Negeri Langsa, Muhammad Alkaf, mengatakan, suatu kewajaran saat masyarakat Aceh larut dalam euforia kegembiraan saat empat pulau itu kembali ke Aceh. Pasalnya, ada peran besar masyarakat melalui gelombang protes di lapangan maupun media sosial ketika empat pulau itu dialihkan ke Sumut. Di sisi lain, Muzakir yang masih memiliki pengaruh psikologis dalam mengomandoi jaringan masyarakat eks kombatan GAM terus mengisyaratkan semangat perlawanan melalui lisan dan gestur tubuhnya.
Selain itu, Alkaf menuturkan, ada peran dan dukungan sejumlah tokoh nasional yang meyakinkan pemerintah pusat untuk mengambil keputusan arif dan bijaksana. Terlepas dari itu, Alkaf mengatakan Pemerintah Aceh tidak boleh menafikan bahwa sebelum polemik terjadi, empat pulau itu memang kurang diperhatikan. Pengamat politik dari Universitas Syiah Kuala, Effendi Hasan, berharap, dengan berakhirnya polemik empat pulau itu, berakhir pula semua isu liar yang berkembang dari masalah tersebut.