Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kembali meningkat menjelang digelarnya putaran keenam perundingan nuklir di Oman akhir pekan ini. Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Aziz Nasirzadeh secara terbuka memperingatkan bahwa semua pangkalan militer AS di kawasan Timur Tengah akan menjadi target jika konflik bersenjata meletus akibat kegagalan negosiasi. Ia menambahkan bahwa Iran tidak akan membedakan antara pangkalan militer dan negara tempat pangkalan itu berada, menandakan kemungkinan respons keras terhadap setiap agresi.
Peringatan ini dilontarkan di tengah kekhawatiran bahwa negosiasi nuklir yang berlangsung sejak April belum membuahkan hasil konkret. Presiden AS Donald Trump sendiri mengaku semakin kehilangan harapan akan tercapainya kesepakatan. Ia kemudian mengancam tindakan militer jika Iran tidak menghentikan program pengayaan uraniumnya. Di sisi lain, Presiden Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa Teheran tidak berniat membangun senjata nuklir. “Kami tidak akan membuat bom nuklir, dan kami terbuka untuk evaluasi. Namun, kami juga berhak melakukan riset ilmiah,” katanya. Ia menyatakan bahwa Iran tidak akan tunduk pada tekanan apa pun yang memaksanya menghentikan kegiatan penelitian di bidang nuklir.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menunjukkan nada yang lebih optimistis. Dalam unggahannya di platform X, Araghchi menyebut bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan damai tetap terbuka. Sementara itu, putaran keenam negosiasi antara Iran dan AS dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini. Namun terdapat pernyataan yang berbeda dari kedua pihak. Trump menyebut pembicaraan akan digelar Kamis, sementara Teheran menjadwalkan pertemuan pada Minggu di Oman.