Pemangkasan proyeksi ini disampaikan Direktur Departemen Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas melalui blog resminya, menyusul kebijakan tarif agresif yang diberlakukan AS sejak akhir Januari 2025. “Sistem ekonomi global yang telah berlaku selama 80 tahun sedang di-reset. Aturan lama mulai dipertanyakan, sementara aturan baru belum terbentuk,” tulis Gourinchas, Selasa (22/4). Gourinchas menambahkan kebijakan tarif tersebut telah mendorong ketidakpastian kebijakan yang tajam dan bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global secara signifikan. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya akan mencapai 2,8 persen tahun ini dan 3 persen pada 2026, lebih rendah 0,8 poin persentase dibandingkan proyeksi awal tahun.
Khusus untuk perdagangan global, pertumbuhannya diperkirakan melambat tajam menjadi 1,7 persen dari sebelumnya 3,8 persen, karena efek dari tarif dan gangguan rantai pasok yang menyebar luas. Bagi AS, tarif menjadi guncangan pasokan yang menurunkan produktivitas dan mendorong inflasi. Sementara bagi negara mitra seperti China, tarif ini berperan sebagai guncangan permintaan eksternal yang menyebabkan turunnya aktivitas ekspor dan tekanan deflasi. “Sebagian besar barang yang diperdagangkan adalah input antar negara yang melintasi perbatasan beberapa kali. Gangguan pada rantai pasok ini bisa memiliki efek pengganda yang besar, seperti yang kita lihat selama pandemi,” jelas Gourinchas.