Parlemen Prancis menggulingkan Perdana Menteri Michel Barnier pada Rabu (4/12) malam waktu lokal melalui rapat voting mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya yang baru tiga bulan menjabat. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam dekade, Majelis Nasional atau DPR Prancis menggulingkan pemerintahan yang sedang berkuasa dengan menyetujui mosi tidak percaya. Mosi tidak percaya ini diajukan oleh kelompok kiri radikal dengan didukung partai sayap kanan ekstrem yang dipimpin Marine Le Pen, oposisi utama pemerintah.
Dalam pemungutan suara, mayoritas 331 anggota parlemen dari total 577 anggota setuju untuk menggulingkan pemerintahan Barnier. Ketua parlemen Yael Braun-Pivet mengonfirmasi bahwa Barnier kini harus “mengajukan pengunduran dirinya” kepada Macron dan menutup sesi tersebut. Penggulingan ini menjadikan Barnier sebagai PM Prancis tersingkat. Ia baru diangkat Presiden Emanuel Macron sebagai PM pada 5 September lalu.
Presiden Emmanuel Macron kini dihadapkan pada pilihan sulit untuk menunjuk pengganti Barnier yang layak. Sebagian pejabat, terutama oposisi, bahkan turut mendesak Macron untuk mundur sebagai presiden demi memecah kebuntuan politik di negara Eropa tersebut. Namun, Macron menolak saran tersebut, menyebutnya sebagai “fiksi politik.” Sementara itu, Macron disebut bakal menunjuk perdana menteri baru dengan cepat. Sang presiden dilaporkan bakal mengeluarkan pernyataan dalam pidato publik Kamis pagi waktu setempat.