Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana berpendapat bahwa akan sangat menguntungkan jika Indonesia menjadi anggota OECD dan BRICS di saat yang bersamaan, kata Hikmahanto di sela-sela acara seminar internasional “Indonesia-Rusia: Dari Masa Lalu ke Masa Depan, Perspektif Historis dan Geopolitik” yang diselenggarakan oleh Kedubes Rusia di Jakarta, Selasa. Diketahui bahwa Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk bergabung dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Cooperation and Development/OECD).
Hikmahanto menilai bahwa Indonesia perlu memiliki alternatif lain, tidak hanya dalam perspektif atau ideologi tetapi juga dalam hal ekonomi. Pada kesempatan yang sama, Direktur Peneliti Klub Diskusi Valdai Rusia Fyodor Lukyanov menyampaikan bahwa BRICS bukanlah sebuah organisasi melainkan lingkungan yang sedang berkembang. Menurut Lukyanov, BRICS adalah prototipe untuk lingkungan yang dapat berfungsi bukan untuk melawan negara-negara Barat tetapi secara paralel menghadapi negara-negara Barat.
“Setelah beberapa saat, pencapaian utama BRICS adalah menciptakan cara untuk menghindari hegemoni AS di bidang keuangan,” ujar Lukyanov. Wakil Ketua dan Presiden Pusat Shanghai untuk Studi Strategi RimPac dan Hubungan Internasional Nelson Wong berpendapat bahwa manipulasi dolar AS dalam pembayaran internasional telah menciptakan lingkungan yang membuat banyak negara merasa tidak diperlakukan dengan adil. Wong mengatakan bahwa BRICS berencana akan mengumumkan mekanisme pembayaran internasional baru pada Oktober nanti yang kemungkinan akan dapat menggantikan sistem pembayaran uang ada sekarang.