Iran menyatakan kesiapannya untuk memulai pembicaraan terkait negosiasi nuklir dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Hal ini diutarakan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi di sela-sela Sidang Umum PBB yang berlangsung di New York pada Senin (23/9/2024). Ia menambahkan bahwa keinginan Iran untuk membahas negosiasi nuklir tersebut telah disampaikan langsung kepada perwakilan dari Swiss melalui sebuah “deklarasi umum kesiapan”. Meski demikian, Abbas meyakini kesepakatan nuklir dalam pembicaraan ini nantinya bakal sulit untuk diraih dengan tempo singkat. Hal ini terjadi mengingat tensi hubungan internasional yang terjadi di regional timur tengah saat ini begitu panas.
Sebelumnya di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, Iran sempat menyepakati pakta nuklir dengan enam negara besar dunia yakni Tiongkok, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat. Di dalam kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2015 tersebut, Iran menyepakati pengurangan program nuklirnya yang dipermasalahkan oleh AS dan sekutunya. Sebagai imbalan atas kesepakatan tersebut, sanksi internasional yang diberikan pada Iran kala itu dihilangkan.
Namun sayang, pakta tersebut menemui jalan buntu setelah Trump memutuskan agar AS menarik diri pada tahun 2018. Belajar dari pengalaman tersebut, Iran kini menegaskan bahwa pihaknya enggan untuk membuat kembali kesepakatan nuklir bila AS terlibat langsung. Abbas juga menilai saat ini Iran dan AS tak memiliki satupun kesamaan visi ataupun misi yang dapat digunakan sebagai fondasi untuk digelarnya pertemuan langsung antar kedua negara.