Program hilirisasi yang dicanangkan Presiden Jokowi pada 2014 telah mengubah wajah industri nikel dalam negeri. Kini, nikel hasil tambang Indonesia tak lagi dijual mentah, diolah dulu menjadi produk setengah jadi, bahkan menjadi produk yang sudah jadi. Setelah itu baru diekspor. Contoh hilirisasi nikel, selain baterai untuk kendaraan listrik, juga ada baja tahan karat (stainless steel). Sebagai stimulus, Pemerintah memberikan insentif dan regulasi memudahkan bagi para pengusaha untuk mendirikan pabrik smelter nikel. Termasuk dukungan dalam bentuk pembebasan pajak, kemudahan perizinan, dan jaminan investasi. Dengan dukungan Pemerintah, puluhan pabrik smelter di dalam negeri telah terbangun. Sampai Maret 2024, Indonesia memiliki total 44 smelter nikel yang beroperasi di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE). Jumlah tersebut belum termasuk 19 smelter nikel yang sedang dalam tahap konstruksi, serta 7 lainnya yang masih dalam tahap feasibility studies. Dengan demikian, total proyek smelter nikel di Indonesia per Maret 2024 mencapai 70 proyek.
Posisi Indonesia saat ini sudah masuk menjadi pemain utama dalam industri nikel global. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi bijih nikel Indonesia pada 2024 mencapai 240 juta ton, naik dari capaian produksi bijih nikel pada 2023 sebesar 193,5 juta ton. Berdasarkan data Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) 2022, Indonesia tercatat menguasai 43 persen pasar logam nikel dunia, tertinggi di dunia. Hal itu ikut mengerek pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor komoditas nikel dan barang dari padanya mengalami kenaikan sekitar 45,85 persen pada April 2024. “Peningkatan terbesar terjadi pada nikel dan barang dari padanya sebesar 210,6 juta dolar AS,” ujar Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Investasi/BKPM, kebijakan hilirisasi nikel telah memberikan dampak pada peningkatan ekonomi hingga 10 kali lipat. Hal itu dapat dilihat melalui keuntungan ekspor produk turunan nikel yang melonjak. Pada 2017, ekspor tersebut hanya senilai 3,3 miliar dolar AS. Sedangkan di 2023, mencapai 33,5 miliar dolar AS. Nilai ekspor produk olahan nikel juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2020 nilai ekspornya sebesar 5,68 miliar dolar AS. Pada 2021, naik menjadi 8,44 miliar dolar AS. Kemudian, 2022 menjadi 19,62 miliar dolar AS. Sedangkan di 2023 mencapai 22,37 miliar dolar AS.